Sabtu, 24 Mei 2014

Palu Ngataku (Palu Kotaku)

Welcome to Celebes Center in Palu Town.
Berbicara tentang kota Palu,,tidak akan pernah bosan bagi saya.Disana saya di lahirkan,disana saya di besarkan,disana saya mendapatkan pengalaman-pengalaman seru bersama keluarga,sahabat,dan orang-orang tercinta.Orang mungkin kurang familiar dengan kota Palu,,tetapi ketika saya menyebutkan POSO semua orang akan tahu tempat apa itu.Poso merupakan bagian dari daerah provinsi Sulawesi Tengah yang dahulu orang-orang mengetahui bahwa poso adalah daerah konflik..Tapi itu dulu sudah lama sekali sekarang kondisi poso sudah kondusif lagi..Tapi Kali ini saya tidak akan membahas tentang Poso.saya akan membahas tentang ibukota sulawesi tengah yaitu Palu. 

Ibukota Propinsi terletak di lembah Palu yang indah yang dibagi 2 oleh sungai Palu. Bagian barat kota ini menghadap ke teluk Palu. Pantai lainnya adalah pantai penghibur Talise di bagian utara kota ini. Selain sarana olahraga air adapula warung-warung makan yang buka hingga larut malam dan populer dikalangan masyarakat setempat.

Jembatan Palu IV















 Jembatan Palu IV merupakan sebuah jembatan yang terletak di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Jembatan ini diresmikan pada Mei 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Jembatan ini membentang di atas Teluk Talise ini berada di kelurahan Besusu dan Lere, yang menghubungkan kecamatan Palu Timur dan Palu Barat.Jembatan kuning ini merupakan jembatan lengkung pertama di Indonesia dan ketiga di dunia setelah Jepang dan Perancis.
Sejak tanggal peresmian tersebut, masyarakat Palu dan sekitarnya selalu ingin melihat jembatan sepanjang 300 meter itu sekaligus menikmati tenggelamnya mentari.Tenggelamnya matahari terlihat lebih jelas dan mempesona dari atas jembatan. Apalagi, saat sinar matahari yang berwarna jingga kekuningan memantul ke permukaan Teluk Palu, keindahan semakin nyata. Air Teluk Palu pun berubah warna mengikuti warna sang Surya yang mulai sirna ditelan pegunungan Gawalise.

Museum Sulawesi Tengah


 Memberikan beberapa informasi tentang sejarah dan budaya propinsi dan masyarakat. Hal-hal yang menarik mencakup peninggalan zaman prasejarah seperti perkakas rumah tangga dan senjata. Adapula contoh-contoh seni dan kerajinan tradisional. Bangunan museum merupakan tipe arsitektur yang berbbeda yang ditentukan di daerah ini.

Taman Alam Poboya








 yang terletak 7 km ke arah timur kota ini pada pinggir sebuah bukit yang ditutupi oleh kayu-kayu gaharu memberikan suatu pemandangan yang menarik di lembah dan teluk kayu. Suaka ini merupakan suatu lokasi kemping/berkemah.
Potensi emas di Poboya
Emas di Poboya  benar-benar menjadi magnit. Diperkirakan ratusan, bisa ribuan penambang, berikut penadah tengah mengadu untung di lokasi ini. Omzetnya pun gila-gilaan,  miliaran setiap harinya. Data tak resmi menyebutkan setiap harinya  puluhan  kilogram emas berhasil didulang, dengan kadar 40-60%. Harga jual pun fantastis, rata-rata Rp. 60-130 ribu per gram. Menjualnya tak sesulit mendulang. Di sekitar desa Poboya, para pembeli telah siap menggelontorkan uang untuk setiap gram emas, logam yang tak lekang nilai keasliannya sepanjang sejarah.Desa yang pernah melambung namanya karena menjadi lokasi eksekusi Fabianus Tibo cs (terpidana mati atas kasus kerusuhan Poso, kini kembali melambung bak meteor. Anda berminat datang?
Poboya
Poboya kini sebuah wilayah kelurahan di Kecamatan Palu Timur, Palu Sulawesi Tengah. Tak diketahui secara pasti sejak kapan orang-orang mulai menambang emas di kawasan Taman Hutan Rakyat (Tahura) Poboya ini. Penduduk setempat mengenalnya sebagai lokasi kegiatan anak-anak Pramuka.  Aktivitas mulai sesaat setelah sejumlah geolog yang dikirim PT Citra Palu Mineral/CPM (perusahaan patungan PMDN dan PMA) pada akhir tahun 1998 melakukan pengeboran pada beberapa titik di lahan konservasi ini. Mereka mengambil sampel tanah mengandung emas guna kepentingan uji laboratorium. Pada awalnya, hanya segelintir penduduk setempat yang mendulang emas. Pola penambangannya pun  terbatas, dan hanya mendulang di sekitar aliran Sungai Poboya.
Cuaca panas ini tak membuat penambang emas di Kelurahan Poboya, Kota Palu, Sulawesi Tengah, beranjak dari tempatnya memecah batu. Sebagian mengaso sebentar, berdiri lagi, lalu mengambil martil dan linggis untuk kembali sibuk menggali tanah dan memecah batu. Poboya hampir tak pernah tidur. Sejak pagi hingga malam, suara pukulan martil dan linggis beradu dengan batu-batu keras hampir tak pernah berhenti. Truk, mobil bak terbuka, dan kendaraan roda dua hilir mudik mengangkut karung berisi batu menuju permukiman terdekat di Poboya berjarak sekitar 10 kilometer. Jalan tanah sempit dan berbatu menyeberangi sungai bukan hambatan.
Di rumah-rumah penduduk di Poboya, aktivitas warga tak kalah sibuknya. Membongkar karung, memukul batu hingga setengah hancur, lalu menggiling dalam tromol menjadi pemandangan lazim di rumah warga. Di lokasi penambangan tidak memungkinkan mengoperasikan tromol. Di rumah penduduk, kepingan batu dicuci dengan air raksa (merkuri) untuk memisahkan butiran emas dari tanah. Namun, tak semua batu mengandung emas. Kerap terjadi, tak sebutir emas ditemukan meski berkarung-karung batu yang dihancurkan. Namun, jika nasib lagi baik, batu-batu yang digali dan dihancurkan berisi butiran emas.
Poboya kini bak tanah harapan bagi penambang yang kian banyak berdatangan. Warga setempat pun seperti tak hirau. Sebagian malah mendapatkan keuntungan dari sewa tanah yang kebetulan berada di areal penambangan. Sebagian mendapatkan penghasilan dari uang jasa keluar masuk areal pertambangan sebesar Rp 10.000 per orang, sewa tromol, atau buruh angkut. Di kota Palu, beberapa bulan terakhir, mulai munculusaha bengkel las baru, untuk keperluan para penambang. “Awalnya bengkel las kami hanya melayani pengerjaan las biasa.
Tapi ada beberapa pelanggan yang ingin dibuatkan tromol. Kami tertarik dan mencoba membuat tromol dengan berbagai ukuran,” ujar Eman, seperti dikutip harian Mercusuar. Sejak maraknya penambangan rakyat di Poboya, bengkel las yang terletak di Jalan Veteran ini, telah banyak melayani pesanan pembuatan tromol yang dipakai “menangkap” bijih emas. Kini dalam sehari ia bisa menjual 10-20 tromol yang telah siap pakai dengan harga bervariasi. Untuk tromol ukuran 45 X 60 M, dengan ketebalan 12 mm, dihargai Rp2,15 juta. Sedangkan ukuran 50 X 60 tebal 15mm dijual dengan harga Rp2,3 juta. Selain itu, Eman juga menjual alat tumbu-tumbu yang berfungsi untuk menghaluskan batu yang mengadung emas, dengan harga Rp17,5 juta.
Arena Motocross Tanah Runtuh



Kira-kira 2 km di timur Palu, terletak Tanah Runtuh yang memberikan pemandangan yang menarik ketika matahari terbenam dibalik gunung Gawalise. Ada juga sarana olah raga dan rekreasi disini seperti lapangan golf, pacuan kuda dan arena motocross.
Pantai Talise



Pantai Talise merupakan obyek wisata pantai dengan memiliki panorama alam yang indah hamparan teluk dan pegunungan yang begitu mempesona. Selain itu, pantai ini sangat cocok untuk kegiatan olah raga, seperti: berenang, selancar angin (wind surfing), sky air, menyelam, memancing, dan lain sebagainya
Pantai Talise sebagai tempat tamasya adalah pilihan yang paling murah dan mudah karena selain tidak memerlukan biaya, lokasinya teramat mudah untuk dicapai yaitu ditengah kota dan akses jalan yang sudah teraspal .
Keberadaanya yang dekat dengan pusat kota menjadikan pantai ini banyak dikunjungi oleh pendatang maupun masyarakat Palu sendiri. Berkunjung di siang hari agak kurang cocok, karena cuaca di Palu umumnya terik dan angin bertiup sangat kencang saat jam 12 siang lewat.
Pemandangan indah di Pantai Talise saat matahari menjelang terbit. Pantai ini enak dikunjungi saat sore hari menjelang matahari terbenam dan saat sore sambil menikmati makanan kecil dan minuman berupa pisang goreng, pisang eppe, jagung, teh/kopi, sarabba.  Disore dan malam hari juga dijadikan tempat rekreasi keluarga dan kaum muda-mudi.
Taman Ria







Taman Ria didatangi oleh pengunjung yang datang di kota Palu. Pantai ini menghadap ke timur, Di lokasi ini juga berderet sekitar 100 kafe penjaja makanan ringan dan hidangan khas Palu lainnya. Kafe buka dari sore hingga malam hari.

sumber; Galeri Wisata Kota Palu

0 komentar:

Posting Komentar